Memotret Model: Mengamati Karakter Manusia dan Cahaya

Rabu, 06 Des 2017Arbain Rambey

Walau hampir selalu ada dalam acara-acara fotografi akhir-akhir ini, bahkan sampai ada lomba memotret model dengan handphone, memotret model sebenarnya bukanlah untuk bersenang-senang semata. Para peserta rata-rata sangat antusias dalam memotret karena model yang disediakan panitia selalu cantik. Namun banyak yang tidak tahu bahwa sebenarnya ada yang lebih penting dari sekadar mendapatkan koleksi foto wanita cantik.

Memotret model, yang umumnya wanita, adalah latihan fotografi yang sangat baik untuk banyak hal. Hal pertama adalah melatih kemampuan sang fotografer untuk menangkap bahasa tubuh atau istilahnya gestur sang model pada titik terbaiknya. Wanita cantik bisa tampak lebih cantik kalau dipotret pada sudut dan waktu yang tepat.

Dalam pemotretan model yang dinamis, yaitu model dibiarkan bergerak bebas, titik-titik waktu pemotretan bisa terjadi di banyak kesempatan. Fotografer yang terlatih akan dengan mudah menangkap titik-titik itu dan menghasilkan foto-foto menarik.

Foto 10 dan Foto 11 memotret model Sandra dalam titik-titik sensual visual. Selama pemotretan, Sandra terus bergerak dengan intuisinya sendiri, sementara puluhan fotografer yang memotretnya harus antisipatif selama pemotretan berlangsung.

Seorang fotografer pemula bisa dilatih dengan mengamati hasil-hasil pemotretannya lalu diberi saran-saran dan cara mengatasi kesalahan-kesalahan yang dilakukannya.

Hal kedua yang bisa didapat dari latihan memotret model adalah kemampuan menangkap arah cahaya yang tepat bagi kekuatan foto. Dalam pemotretan model, cahaya yang jatuhnya tepat akan menghasilkan karakter model yang sangat menonjol. Maka, latihan pencahayaan dalam pemotretan model bisa dilakukan dalam bentuk cahaya buatan di studio atau dengan cahaya alam outdoor.

Dan hal ketiga adalah, memotret model melatih abstraksi ruang bagi seorang fotografer. Dalam bidang persegi sebuah jendela bidik, sang fotografer dituntut untuk menghasilkan komposisi indah dan unik menggunakan “bahan” bagian badan manusia di depannya. Kalau diidentikkan dengan pendidikan arsitektur, latihan memotret model adalah latihan nirmala ruang, latihan memahami dan merancang keindahan komposisi pada sebuah bidang yang disediakan.

Foto 16 dan 17 semata-mata bermain dengan komposisi. Di sini wajah model bukan elemen utama lagi karena kedua foto ini hanya bermain dengan komposisi dan harmoni.

Cahaya Alam dan Cahaya Buatan

Dalam pemotretan dengan cahaya buatan di studio, arah cahaya  dan jumlah sumber cahaya bisa diatur sesuai keinginan. Latihan memotret model yang paling baik adalah latihan memotret dengan satu sumber cahaya buatan, dengan reflektor standar. Baru setelah dikuasai, latihan bisa ditingkatkan dengan banyak sumber cahaya dengan banyak asesori seperti softbox, honeycomb, barndoor, snoot dan aneka asesori pencahayaan lain.

Bentuk latihan pemotretan model dalam studio pun kini bisa dibagi dua kategori yaitu dengan continuous light (misalnya yang ada di pasaran dengan merek Medalight) atau lampu kilat. Karakter kedua jenis pencahayaan ini sangat berbeda. Continuous light adalah  cahaya yang terus menyala namun kekuatannya tidaklah terlalu besar, sedangkan lampu kilat  hanya menyala sepersekian detik namun dengan kekuatan sangat besar.

Sebaliknya, pemotretan model outdoor mengharuskan kita memahami datangnya cahaya apa adanya karena kita memang tidak bisa memindahkan matahari. Pemotretan dengan cahaya alam memberi latihan yang sangat baik karena asesori di alam sangatah banyak misalnya awan yang membuat cahaya menjadi lembut, atau daun-daun yang menyerap sebagian cahaya sambil memberikan efek bayangan yang unik. Cahaya matahari punya suhu Kelvin yang tidak tetap, dan ini justru menjadi salah satu hal penting untuk proses keratif kita. Cahaya pagi yang kekuningan kadang memberi efek segar pada model kita seperti pada Foto 9.

Dalam pemotretan model outdoor, kita juga bisa memakai asesori buatan untuk memberi efek tertentu pada foto kita misalnya reflektor (bisa kain putih atau lembaran styrofoam), pelembut cahaya dengan kain putih yang dibentangkan di atas model, atau bahkan background lukisan pepohonan.

 

Iklan dan Sampul Majalah

Dalam dunia fotografi komersial, pemotretan model, terutama model wanita adalah hal yang sangat banyak dilakukan kaum profesional. Perhatikan Foto 1 yang menampilkan aneka foto model untuk iklan produk, dan juga untuk sampul majalah. Sampai saat ini belum ada survai yang bisa menjawab pertanyaan, mengapa wanita lebih populer sebagai model daripada pria.

Sampul majalah untuk wanita bisa dipastikan disi foto model wanita. Namun, majalah khusus pria pun selalu juga memasang foto model wanita.Iklan produk apa pun, dari handphone sampai perumahan, akan jadi menarik kalau diberi tambahan wanita cantik di dalamnya.

Memotret model bisa dilakukan wajah saja, separuh badan atau sebadan penuh. Sampul majalah  wanita umumnya memasang model dengan pose setengah badan, sedangkan majalah pria umumnya memasang foto wanita sebadan penuh, apa pun posenya.

Foto iklan bahkan kadang-kadang hanya menampilkan sepotong badan wanita, tanpa wajah seperti bisa Anda lihat di deret atas dan tengah Foto 1.

Latihan memotret model tersulit adalah memotret wajah saja karena ekspresi manusia sungguh sesuatu yang unik dan khas. Memotret wajah saja para selebriti umumnya lebih mudah sebab mereka sudah sangat terlatih untuk tahu karalter diri sendiri, termasuk tahu dari arah mana dia akan tampak tercantik.

Model seperti Isabell Yahya (Foto2) akan tampak cantik dalam semua fotonya karena selain dia memang cantik, dia sendiri sangat tahu menampilkan karakter dirinya ke dalam foto. Sedangkan Foto 20 walau hanya menampilkan wajah tidak penuh, tetap terasa “Tora Sudiro”nya dengan menggigit sebuah topi, suasana komedi langsung terasa. Karakter komedian dengan mudah tergali karena Tora memang  sangat kooperatif dalam semua proses pemotretan.

Pemotretan wajah sepotong seperti di Foto 18 dan juga pemotretan wajah secara diagonal pada Foto 19, adalah bentuk latihan komposisi dan pembidangan.

Memanfaatkan Elemen Visual Bantu

Dalam pemotretan model, selain kita harus menampilkan karakter wajah dan fisik sang model, kadang kita tetap perlu menambahkan elemen visual bantu untuk memperkuat foto kita. Untuk urusan penggalian karakte wajah dan fisik, seorang fotografer bisa dibantu seorang pengarah gaya dan juga pengatur make up yang handal. Namun untuk kekuatan fotonya secara utuh, dibutuhkan beberapa elemen visual pendukung seeperti benda-benda yang ada di latar belakang model, dipegang model, atau juga landmark tempat pemotretan.

Pada Foto 3, Mantan Puteri Indonesia Nadine Candrawinata difoto dengan latar belakang lukisan orang tertawa. Foto yang termuat di sebuah surat kabar ini sekilas memberi kesan bahwa Nadine optimis menghadapi segala sesuatu. Saat foto ini dibuat, Nadine sedang mengalami banyak kecaman akibat kesalahan berbahasa Inggris yang dilakukannya dalam sebuah ajang internasional.

Foto 4 adalah Karenina dengan latar belakang tembok di apartemennya yang dicat biru. Warna biru yang kental memberi aksen yang kuat pada super model Indonesia ini. Sedangkan artis Sigi Wimala yang memang cantik, serasi saat difoto dengan sebuah benda seni yang tercahayai dengan unik.

Lain dari hal yang baru saja disebutkan, Foto 15 menampilkan Maylafaizza yang memainkan biola. Untuk kasus ini, biola bukanlah alat bantu visual. Dalam foto ini biola adalah benda wajib untuk portrait Maylafaizza karena wanita cantik ini memang pemain biola profesional.

Sedangkan Foto 14 yang menampilkan artis Denise, terompet yang ada memang semata elemen pemanis atau aksen foto. Denise sama sekali tidak dikenal sebagai peniup terompet.

oto 12 memanfaatkan pohon sebagai elemen gambar sementara Foto 13a  memanfaatkan treruntuhan tembok tua sebagai elemen “pengisi” sekitar model. Pemilihan tempat pemotretan di bengkel yang unik seperti terlihat di Foto 13 B adalah salah satu cara mencari background menarik pada foto kita.

Selain bengkel, tempat yang unik untuk pemotretan lain adalah pasar, jalan pegunungan atau bahkan atap gedung. Foto 13c dibuat di kolam renang, dan ini umumnya dilakukan untuk pemotretan dengan bikini misalnya. Banyak-banyaklah mencari tempat-tempat unik untuk pemotretan. Itu akan sangat berguna kala suatu saat Anda mendapatkan pekerjaan untuk pemotretan iklan.

Cahaya Buatan

Perhatikan Foto 8A. Model ini dipotret di studio dengan satu titik  continuous light. Dengan mengatur arah dan ketinggian lampunya, kita akan mendapatkan aneka karakter pencahayaan ke wajah model. Foto 8A adalah contoh arah cahaya yang memberikan karakter kuat pada sang model, baik dalam gestur maupun profilnya. Bayangan kadang sangat mengganggu namun kalau bayangan jatuh di tempat yang tepat dengan “kekentalan” yang tepat, malah akan menambahkan kekuatan foto kita. Kepekatan bayangan bisa diatur dengan adanya reflektor.

Berbeda dengan Foto 8A, Foto 8b dibuat dengan beberapa lampu kilat sekaligus. Bagian model yang dicahayai hanya sekitar wajah dan sedikit di bagian badan. Ini adalah salah satu cara pemotretan model dengan pencahayaan kreatif. Latihan bisa dilakukan dengan aneka arah dan jumlah lampu. Seorang fotografer profesional pernah menghasilkan foto iklan luar biasa unik dengan bantuan 21 titik lampu!

Cahaya buatan bisa pula muncul dalam  bentuk pemotretan infra merah. Foto 21 adalah pemotretan dengan kamera infra merah tanpa pembalikan warna. Sedangkan Foto 22 dengan model yang sama, adalah pemotretan infra merah dengan proses pembalikan warna. Ketidakwajaran warna kulit kadang menjadi aksen terutama untuk iklan non-kosmetik.

Dan last but not least adalah foto anak-anak. Jangan abaikan memotret model anak karena ini adalah foto yang nyata diperlukan di dunia komersial baik untuk iklan mau pun untuk elemen ilustrasi. Memotret model anak berbeda dengan memotret model dewasa dalam karakternya. Anak harus tampil ceria dan lugu.

Pemotretan model yang baik akan menghasilkan kepuasan pada pemotret, sang model maupun yang akan memanfaatkan fotonya nantinya.

Tags

Infra MerahLightingModelPose

Blog Terkait

Foto Terkait